(Mahasiswa Papua Tengah menggelar mimbar bebas di Pantai Wakimanor, Nabire, untuk menolak DOB, investasi merusak, dan militerisme di tanah Papua | Sumber foto Facebook)
Nabire, DEIYAI WIYAI NEWS - Solidaritas Pelajar dan Mahasiswa se-Indonesia Provinsi Papua Tengah menggelar aksi Mimbar Bebas bertajuk Panggung Rakyat di Pantai Wakimanor, Nabire, Sabtu (2/8).
Kegiatan ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menyuarakan keresahan dan penolakan terhadap kebijakan negara yang dianggap merugikan masyarakat adat dan lingkungan Papua.
Dengan mengusung tema "Selamatkan Manusia dan Sumber Daya Alam Papua", para peserta menyampaikan tiga tuntutan utama, yakni menolak pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB), menolak investasi yang merusak lingkungan dan sosial budaya, serta menolak militerisme di tanah Papua.
Para mahasiswa tidak hanya menyampaikan orasi politik, tetapi juga membaca puisi dan menyuarakan realitas kehidupan masyarakat Papua. Puisi yang dibacakan menjadi simbol penderitaan rakyat, sementara orasi-orasi yang disampaikan menggugat kebijakan negara yang dianggap menindas dan mengabaikan hak-hak masyarakat adat.
Menurut mereka, DOB tidak menghadirkan solusi, melainkan memperkuat politik pecah belah. Sementara investasi berskala besar yang masuk ke Papua dinilai hanya menguntungkan segelintir pihak dan berdampak negatif bagi masyarakat lokal. Di sisi lain, militerisme yang terus mengakar menjadi sumber ketakutan dan kekerasan.
"Papua bukan tanah kosong yang bebas dieksploitasi. Papua adalah rumah, tanah air, dan identitas kami yang harus dijaga," tegas salah satu peserta dalam orasinya.
Kegiatan mimbar bebas tersebut ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap yang menegaskan bahwa perjuangan mahasiswa dan rakyat Papua belum berakhir. Selama penindasan masih berlangsung, mereka berkomitmen untuk terus melakukan perlawanan demi keadilan dan keberlangsungan hidup masyarakat Papua.
"Meskipun ditekan, suara kebenaran akan selalu menemukan jalannya. Dunia harus mendengar, karena suara dari Pantai Wakimanor adalah suara kehidupan yang menolak dilenyapkan," demikian pernyataan penutup dari aksi tersebut.