Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Waktu Pemilu Untuk Papua Damai

Kamis, 16 Mei 2024 | Mei 16, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-21T06:31:35Z
(Ilustrasi foto kotak pemilihan umum 2024)


Oleh Enest Pugiye, S.S


Nampaknya, keterlibatan setiap warga Papua dalam pemilu 2024 menjadi hal yang paling penting dan mendesak. Tentang pentingnya keterlibatan setiap warga ini sudah dinyatakan secara sistematis dengan mengikuti setiap tahapan pemulu yang diselenggarakan oleh pihak KPU. Adanya pembentukan badan adhoc pada 23 April sampai Mei 2024 merupakan satu tahapan penting untuk diikuti bersama secara damai. Kita sedang melibatkan dan dilibatkan diri dalam semua tahapan pemilu 2024-2029 untuk memaknai dunia demokrasi yang adil, damai dan bermartabat. Hal ini sudah terbukti bahwa ada sebanyak 2000-an lebih orang telah melibatkan diri dan dilibatkan secara damai dalam tahapan pembentukan adhoc ini.

Sementara itu, Ketua KPU Dogiyai Elias Masaisu Petege dan bersama anggota-anggotanya juga sempat menerima syarat dukungan pernyataan dari jalur independen pada Minggu 12/05/ 2024 di Kantornya. Ada tiga bakal calon Bupati Dogiyai dari jalur independen yang sudah diterima dan ditetapkan oleh pihak KPU ialah Ruben Magai danYoseph Dou, Yulius Kotouki  dan Moses Magai, serta Matias Butu dan Frits Agapa (baca Jubi Selasa, 14/05/204). Dikisahkan, KPU Dogiyai telah menerima dokumen dukungan berupa surat pernyataan dukungan (model B.1KWK-Perseorangan/ surat pernyataan identitas pendukung). Surat pernyataan ini mengisikan dukungan suara dari setiap pasangan yang lebih banyak dari batas minimal sebanyak 9.655 dukungan suara. Tahapan seperti inilah yang sudah dikehendaki bersama dan kini telah dilakukan secara terstruktur oleh setiap warga di Indonesia.

Adanya kelancaran pelaksanaan setiap tahapan proses seperti ini menunjukkan bahwa setiap kita adalah penentu atas keadilan dan perdamaian Papua. Nampaknya, pemilu kali ini bisa dialami sebagai suatu waktu terbaik dan indah. Sebab menurut pengamatan saya, kesemua tahapan pemilu dan demokrasinya sudah bisa diikuti secara bebas, bertanggung jawab dan jujur. Melalui kesemua tahapan pemilu tadi, kita sudah mau melibatkan diri dan dilibatkan secara bebas untuk menciptakan suatu suasana keadilan dan perdamaian Papua. Setiap warga dengan didorong oleh suara hatinya sendiri sudah bisa memanfaatkan suasana keadilan dan damai dalam pemilu 2024-2029. Maka suasana keadilan dan kedamaian ini tak bisa digantikan dengan kekerasan dan konflik karena kita sudah melibatkan diri dan dilibatkan sebagai subjek demokrasi, beretis dan berpancasilais.

Untuk memelihara suasana keadilan dan perdamaian, pihak KPU daerah sampai pusat sudah menetapkan waktu secara terukur dan tertarget. Sesuai ajaran nilai keadilan dan perdamaian Papua, keseluruhan tahapan pemilu dalam dunia demokrasi sudah dipastikan oleh sang waktu, kita sendiri dan bersama pihak KPU dan Bawaslu. Kita semua dikejar dan didorong oleh waktu untuk berkerja bersama dalam semangat kolegialitas dan hubungan timbal-balik demi mengasali diri pada suatu perdamaian abadi di Papua. Karena itu, makna waktu dalam agenda pemilu damai 2024 adalah anugrah kebijaksanaan tertinggi yang sudah tentunya memanggil setiap kita untuk bertindak lebih jujur, adil dan damai demi menciptakan Papua, Tanah damai.

Makna Waktu Dalam Terang Filsafat
Dalam dunia filsat, makna waktu mendapat kedudukan paling utama. Para filsuf memandang waktu dari kekuatan   rasionalitas yang berbeda-beda. Pandangan budaya dari setiap filsuf juga ikut mewarnai dalam usaha memberti arti dan makna tentang waktu dalam realitasnya hidup manusia. Menurut pandangan Filsuf Agustinus, yang muncul di awal abad pertengahan Eropa mengatakan, waktu pada dasarnya memiliki dua kategori yakni waktu objektif dan waktu subjektif. Sebab Agustinus telah melihat perbedaan antara dua macam waktu dalam hubungannya dengan kehidupan kita manusia dan segenap ciptaan. Bagi dia, yang dimaksud dengan waktu subyektif adalah waktu yang kita rasakan di dalam batin kita. Sementara, waktu obyektif adalah waktu sebagai mana tertera di dalam jam dan kalender. Ia adalah hari, jam dan tanggal yang digunakan sebagai panduan oleh banyak orang di dalam hidupya. Pada titik ini, waktu bisa disebut sebagai rumusan tetap dan bisa berubah.

Kita bisa memahami bahwa waktu subyektif dan waktu obyektif berjalan dengan logika yang berbeda. Bagi saya, ‘Waktu’ merupakan hukum utama yang mendasari adanya segala peristiwa dan kenyataan. Ada dan hidup segenap realitas sudah tentunya digerakan dan ditentukan oleh waktu. Lima tahun yang lalu, Bupati Dogiyai bersama warganya sudah membangun gedung-gedung mewah. Lima tahun berikutnya, Bupati muda bersama warganya setia menyaksikan gedung-gedung mewahnya mulai dibakar manusia tak bermoral. Secara obyektif, keduanya sama, yakni peristiwa lima tahun. Namun, secara subyektif, keduanya amatlah berbeda karena lebih menyangkut adanya nilai rasa akan realitas universal dalam waktu dan kerja-kerja pemimpin warga selama lima tahun.

Di masa awal perkembangan ilmu pengetahuan modern di Eropa, pandangan tentang waktu subyektif pun disingkirkan. Yang tersisa kemudian adalah pandangan tentang waktu yang obyektif. Di sini, waktu dipandang sebagai sesuatu yang ada secara mandiri di luar diri manusia. Ia adalah bagian nyata dari alam yang bisa diukur.

Pandangan ini kemudian dikritik oleh Immanuel Kant, filsuf Pencerahan asal Jerman. Ia berpendapat, bahwa waktu adalah bagian dari akal budi manusia. Ia tidak berada di alam, melainkan di dalam pikiran manusia. Sebagai bagian dari pikiran manusia, waktu membantu manusia sampai pada pengetahuan tentang dunia secara lebih sempurna.

Di dalam filsafatnya, Kant sudah menegaskan, bahwa waktu selalu terkait dengan ruang. Hal ini tak luput dari catatan hariannya. Bahwa waktu adalah suatu gerak. Segalanya mengalir dalam ruang dan waktu. Keutuhan kita manusia menempati dan tertaut pada ruang dan waktu. Keduanya adalah bagian dari pikiran manusia. Pikiran bisa menentukan diri dan nasibnya dalam cakupan waktu dan ruang. Pandangan ini dikembangkan selanjutnya oleh Albert Einstein. Ia melihat, bahwa waktu tidak pernah bisa dipisahkan dari ruang. Maka dari itu, ia merumuskan konsep ruang-waktu untuk menegaskan maksudnya secara praktis.

Pada awal abad 20, Filsafat Barat menimba banyak sekali pemikiran dari Filsafat Timur. Belajar dari sejarahnya, tradisi Taoisme dan Buddhisme yang berkembang di Cina dan India mendapat tekanan kuat terhadap waktu. Kebijaksanaan Waktu membuat warga Cina dan India menjadi manusia moralis dan cerdas. Di dalam Filsafat Timur, waktu dilihat sebagai persepsi manusia. Ia tidak bisa dipisahkan dari kedirian manusia itu sendiri. Bahkan asal dan tujuan hidup manusia ditentukan oleh dirinya sendiri dalam keseluruhan ruang dan waktu.

Pandangan semacam ini sudah mengakar begitu dalam di dalam tradisi Cina dan India. Mereka melihat, bahwa waktu tak bisa dilepaskan dari pikiran manusia. Maka dari itu, bisa juga dirumuskan, bahwa waktu adalah aku yang berkesadaran dan bertindak bijaksana atas segenap realitas. Jika Einstein melihat kaitan tak terpisahkan antara ruang-waktu, maka Filsafat Timur melihat kaitan yang tak terpisahkan antara aku-waktu.

Namun, keduanya bisa dengan mudah dihindari selama setiap dan semua kita menyadari asal, tujuan hidupnya dan tentang bagaimana kita mewujudkannya secara adil dan damai bagi Papua. Caranya adalah dengan menjadi alamiah. Secara alamiah, kita tahu, bahwa yang sungguh-sungguh nyata dan ada adalah masa kini dan di sini. Apapun yang kita kerjakan hari ini dan di sini adalah suatu kenyataan abadi. Jadi, mengapa sibuk memikirkan masa lalu dan masa depan? Lakukan apa yang terbaik di sini dan saat ini, tanpa beban masa lalu, tanpa ambisi akan masa depan.

Inilah kebijaksanaan tertinggi. Ketika orang dan dengan karyanya bisa mengakarkan pada masa kini dan sini, ia hidup dengan ketenangan batin yang dalam. Ia punya ingatan akan masa lalu, tetapi tidak dijajah olehnya. Ia punya harapan akan masa depan yang adil dan damai, tetapi tidak hidup di dalam bayang-bayangnya.

Waktu adalah aku yang mengikuti pemilu damai di Papua. Aku yang siap bekerja, mengalami dan membuat sejarah pemilu yang damai untuk Papua. Aku adalah waktu merumuskan tahapan pemilu yang damai dan adil untuk Papua. Waktu yang membangkitkan setiap warga Indonesia dari sejarah hitam pada masa lalu. Waktu yang membuat kita untuk mengasalkan segalanya yang mengkut kehidupan pancasilais pada kebenaran demi kebenaran. Keduanya sama dan tak terpisahkan dari diriku dalam kesatuan kita yang teguh, menghargai keberagaman bangsa dan dalam bekerja atas dasar filosofi kebenaran abadi. Pikiran kita tak bisa terpisahkan dari waktu-pemilu untuk pembangunan perdamaian Papua, dan waktu adalah persepsi dari pikiran kita sendiri yang siap selalu bekerja demi kedamaian Papua. Jika demikian, bagaimana kondisi pikiran kita, pemilu yang damai di Dogiyai-Papua itu dapat didasarkan pada suatu prinsip-prinsi dasar?

Titik Balik
Dalam keseluruhan proses perjuangan keadilan dan pemilu damai ini, setiap kita termasuk para calon Bupati, Gubur dan Wali Kota serta pihak KPU, Bawaslu dan jajarannya di Papua sudah memang dituntut untuk tetap setia pada waktu. Setia memaknai dan memboboti waktu pemilu sekarang dengan kerja jujur, berdasarkan nilai kebenaran, dijiwai oleh semangat kolegial dan dengan adanya relasi timbal-balik. Seperti sesama warga di Papua secara umum, prinsip-prinsip dasar ini bisa dihayati bersama baik di antara para pihak berwewenang maupun di antara setiap warga kampungnya sendiri dengan warga kampung lainnya dari 79 kampung, yang ada dalam 10 Distrik di Kabupaten Dogiyai secara khusus. Kita juga memaknai momentum pemilu damai di Dogiyai-Papua dengan berpikir reflektif dan kritis. Pemilu damai yang kita sedang bangun atas dasar prinsip-prinsip sedemikian ini merupakan titik balik untuk kita bisa menyatukan segenap kenyataan masa lalu dan masa depan dalam suatu suasana keadilan dan perdamaian Papua. Dari titik inilah setiap kita bisa melaksanakan seluruh tahapan pemilu secara benar dengan mengikuti keseluruhan proses pemilu 2024 secara kredibel, berintegritas tinggi dan bertanggung jawab secara penuh demi menciptakan Dogiyai-Papua, Tanah damai.

Ingatlah bahwa kita tak pernah akan berada dan hidup dalam suatu bayangan-bayangan masa depan Papua. Hanya melalui pemilu damai di Papua, kita bisa memilih dan menetapkan pemimpin sejati; pemimpin yang bisa mengakarkan kedaulatan keindonesiaan dan kepapuaan dari rakyat dan untuk rakyat. Untuk menetapkan pemimpin sejati seperti ini, setiap kita akan dipanggil untuk tetap terus didorong oleh kebenaran, bukan oleh kepentingan dan kekuasaan kelompok tertentu. Hanya dengan cara damai dan atas dasar kebenaran inilah, kita wajib memisahkan diri secara bebas dari dunia kekuasaan dan kepentingan.  Maka itu, setiap kita bisa memilih TIDAK terhadap semua hal yang bertentangan dengan kepastian akan adanya suatu suasana keadilan dan perdamaian abadi bagi masa depan Papua.


Penulis adalah alumnus pada Sekolah Tinggi Filsaf Teologi Jayapura
TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update