Penyair
Ernest Pugiye
Bomomani, Dogiyai, 28 Agustus, 2024
Di tengah hiruk pikuk pesta demokrasi,
Di mana ambisi berlomba meraih kursi,
Terlupakanlah warisan nilai-nilai luhur,
Yang seharusnya menjadi pedoman hidup.
Cendrawasih, burung surga abadi,
Bulu indahnya, simbol kemegahan,
Dijadikan perhiasan, simbol kekuasaan,
Tanpa peduli nasibnya yang terancam.
Wahai manusia, ingatlah pesan Tuhan,
"Jagalah alam ciptaan-Ku dengan baik,"
Janganlah kau rakus, merusak ciptaan-Nya,
Demi ambisi sesaat, kau lupakan nilai luhur.
Cendrawasih, makhluk Tuhan yang indah,
Harus dilindungi, bukan dieksploitasi,
Bulu indahnya, bukan simbol kekuasaan,
Tapi bukti kasih sayang Tuhan yang tak ternilai.
Marilah kita renungkan,
Apakah benar kita pantas,
Menggunakan bulu cendrawasih,
Sebagai perhiasan di kepala kita?
Apakah benar kita pantas,
Menghancurkan habitatnya,
Demi ambisi kekuasaan kita?
Ingatlah, Tuhan menciptakan alam semesta,
Untuk kesejahteraan semua makhluk-Nya,
Bukan untuk kepuasan ego manusia,
Yang serakah dan tak bermoral.
Marilah kita bertobat,
Hentikan pemakaian bulu cendrawasih,
Lindungi burung surga ini di rumah adat,
Hayatilah sejuta misteri kehidupan-Nya,
Agar terjagalah kualitas kesucian-Nya.
Kini roh burung dan kesuciannya,
Menyadarkan kita akan pentingnya
Melindungi alam dan semua makhluk-Nya,
Demi masa depan Papua yang lebih baik.
Sebab kita ini penentu masa depan Papua,
Kita ini pewaris sejuta nasehat burung durga,
Yang lama menjadi misteri kehidupan abadi,
Bagi keselamatan dan kemuliaan Papua.