Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Tak Ada Kata MENYERAH Dalam Kamus Revolusi

Kamis, 15 Agustus 2024 | Agustus 15, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-12-16T15:05:39Z

Oleh
Selpius Bobii

Perilaku rasis melahirkan perlawanan rakyat semesta di berbagai belahan dunia. Banyak bangsa lahir dan merdeka berdaulat dari pengalaman rasis dari bangsa tertentu yang merasa dirinya unggul. 

Perilaku rasis melahirkan ketidak-adilan. Dan ketidak-adilan menyebabkan penderitaan bagi warga pribumi yaitu kemiskinan, kebodohan,  perampasan sumber daya alam, penguasaan wilayah dan pembunuhan, dan lain sebagainya.

Perilaku rasis dan ketidak-adilan melahirkan nasionalisme. Kecintaan terhadap tanah air dan sesama warga pribumi setempat itu lahir akibat dari penjajahan. Nasionalisme melahirkan patriotisme. Warga pribumi berserikat, berkumpul dan menyatukan tekad untuk melawan rasisme dan ketidak-adilan. 

Nasionalisme adalah paham akan kecintaan terhadap tanah air dan sesama warga. Patriotisme adalah tindakan nyata untuk mewujudkan nasionalisme. 

Bangsa bangsa di Afrika juga mengalami hal serupa. Bahkan Indonesia juga pernah melewati fase fase itu ketika menghadapi Belanda dan Jepang. Hal yang serupa sudah dan sedang dialami oleh bangsa Papua. 

Kemarin hak kesulungan bangsa Papua digadaikan secara sepihak melalui invasi politik dan militer pada tahun 1960-an. Hari ini hak kesulungan bangsa Papua masih dikuasai dan dirampok melalui invasi militer dan politik oleh NKRI dan para sekutunya. 

Tanah air dan bangsa Papua dicaplok ke dalam NKRI tanpa keterlibatan warga pribumi Papua. Sesungguhnya, Bangsa Papua diserahkan kepada Indonesia bukan untuk dijajah, tetapi untuk disiapkan karena bangsa Papua punya masa depan di luar dari bingkai NKRI; dan hal itu diatur dalam perjanjian Roma 30 September 1962 pada point kedua yang berbunyi: "Indonesia menduduki Papua Barat selama 25 tahun saja, terhitung 1 Mei 1963 sampai 1988". 

Ternyata NKRI memanfaatkan kesempatan itu hanya untuk menguasai tanah air, merampok Sumber Daya Alam, dan membunuh warga pribumi.

Awal, warga pribumi menolak Papua diserahkan kepada NKRI, tetapi hanya demi emas, bangsa Papua digadaikan oleh pihak lain yaitu Amerika Serikat, Belanda, Indonesia dan PBB, serta didukung oleh tangan tersembunyi lainnya.

Warga pribumi Papua dengan terpaksa menerima mereka (NKRI), tetapi kini mereka balik menjajah warga pribumi Papua. Tanah air Papua sudah dikuasai, pasar ekonomi sudah dikuasai dan sistem pemerintahan mereka kuasai, serta non pemerintahan juga mereka sudah kuasai. 

Kebaikan hati warga pribumi Papua, kini dibalas dengan kejahatan, alias air susu dibalas dengan air tuba. Di seantero Papua, warga pendatang sudah tidak menghargai warga asli Papua. Kini warga pribumi Papua menjadi minoritas, tereliminasi, terus marginalisasi dan tertindas. Warga pendatang dari luar Papua menjadi penduduk mayoritas. Kini warga pribumi Papua terancam tenggelam dan makin punah. 

Ketika Soeharto dilengserkan pada tahun 1998, bangsa Papua meminta baik baik kepada presiden Habibie dan Gusdur di kala itu, tetapi sebagai penawar derita Papua, Negara Indonesia memberi obat melalui UU OTSUS Papua. Tetapi obat UU OTSUS Papua itu tidak menyembuhkan derita Papua (memoria passionis - ingatan penderitaan) dan DOB DOB Pemekaran. 

Justru melalui paket UU OTSUS Papua dan pemekaran pemekaran baru (DOB) semakin menghancurkan Tanah air dan bangsa Papua. UU OTSUS Papua dan DOB DOB baru tidak mampu menyelamatkan bangsa Papua dari kehancuran alam lingkungan Papua (ekosida), kehancuran sosial budaya Papua (etnosida), kehancuran moral akhlak Papua (spiritsida) dan pemusnahan etnis Papua (genosida).

Kemarin dan hari ini bangsa Papua bersenandung duka. Kemarin duka cita melanda, dan hari ini pun duka cita melanda di seantero negeri leluhur kita. Ada yang kehilangan dusun, ada yang kehilangan sanak saudara, ada yang kehilangan pekerjaan, ada yang putus sekolah, dan ada yang kehilangan rumah tempat tinggal, bahkan pula kehilangan harga diri. Singkatnya ada kehilangan hak hak dasarnya sebagai manusia ciptaan Tuhan. 

Keluhuran martabat manusia Papua dinodai, dihancurkan bahkan dibumihanguskan oleh para kolonial hanya demi menguasai tanah air Papua yang berlimpah air susu dan madu.

Kemarin bangsa Papua dikorbankan, dan hari ini pun bangsa Papua dikorbankan. Kebanyakan bangsa bangsa lain di dunia yang sudah merdeka berdaulat juga mengalami hal yang serupa. Hanya beberapa negara merdeka dunia yang tidak dijajah oleh bangsa lain. 

Tak ada kata MENYERAH dalam kamus revolusi. Tak ada kata MUNDUR dalam kamus revolusi. Tak ada bangsa yang lahir dalam keadaan super bisa. Tak ada bangsa di dunia yang lahir dalam keadaan super maju. Semua bangsa di dunia yang sudah merdeka itu mereka juga melewati fase fase proses kehidupan yang sama. 

Tetapi, ada kekecualian yaitu fase fase perjalanan bangsa Israel hampir mirip dengan fase fase perjalanan perjuangan bangsa Papua. Bangsa Israel adalah bangsa kesayangan, juga bangsa pilihan Tuhan yang dipakai dari awal, dan bangsa Papua adalah bangsa kesayangan Tuhan, juga bangsa penggenapan yang sedang diproses Tuhan untuk memberkati bangsa bangsa pada menjelang akhir zaman. 

Maka itu, JANGAN KITA BERKECIL HATI. Kita punya Tuhan yang dashyat. Tuhan sudah dan sedang menyertai perjalanan perjuangan bangsa Papua. Bukti penyertaan Tuhan bagi kita bangsa Papua sudah nyata. Salah satunya adalah Tuhan menyelamatkan bangsa Papua dari wabah corona yang telah melanda dunia pada tahun 2020 hingga 2023, itu adalah bukti bahwa Tuhan sayang bangsa Papua, bangsa yang paling bungsu di dunia. Waktu itu, tak ada orang Papua yang kena virus corona. Itu adalah bukti nyata bahwa Tuhan mengasihi Papua. Ada yang bilang bahwa orang Papua kena corona, itu saya katakan "bohong". 

Generasi bangsa Papua JANGAN LENGAH, JANGAN TERBUAI DENGAN BERBAGAI TAWARAN MURAHAN oleh NKRI di era OTSUS dan DOB DOB. 

Hari ini, 15 Agustus 2024 kita dibubarkan paksa dan dipukul mundur oleh para aparat kolonial NKRI. Tetapi mari bangkitkan semangatmu, mari menyingsingkan lenganmu, dan mari kepalkan tangan kirimu, dan teruslah maju melangkah menggapai cita cita luhur bangsa Papua, yaitu UNTUK MENEGAKKAN HARGA DIRI melalui PAPUA MERDEKA BERDAULAT untuk mewujudkan DAMAI SEJAHTERA di bumi Papua seperti di Sorga, yakni "berdiri sama tinggi duduk sama rendah dalam semangat SATU RAKYAT SATU JIWA SIAPKAN JALAN TUHAN dilandasi 10 PERINTAH ALLAH yang dimeteraikan oleh hukum kasih - saling mengasihi di dalam Tuhan".

Untuk itu, mari kita SADAR, BERTOBAT DARI DOSA, BERDAMAI, dan BERSATU RAPATKAN BARISAN untuk mengeluarkan Negara Indonesia dan para sekutunya dari Tanah Air Papua indah pada waktu Tuhan. Atas pertolongan Tuhan, PAPUA PASTI BISA.



*Penulis adalah Koordinator JDRP2, juga ketua umum Front PEPERA Papua Barat
TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update