(Foto diambil pada saat Mahasiswa/I Paniai dan Papua menjalankan kegiatan memperingati 10 Tahun Paniai Berdarah | Doc Yulianus Bunai)
Jayapura, DEIYAI WIYAI NEWS - Mahasiswa/i Paniai Bersama Mahasiswa/i Papua Memperingati Peristiwa Tragedi Paniai Berdarah, 08 Desember 2014. Bertempat Di Asrama Yameowa Paniai Kota Studi Jayapura. Pada Minggu 08 Desember 2024.
Kegiatan Memperingati Paniai Berdarah ini di lakukan bertepatan dengan hari Paniai Berdarah 08 Desember 2014 di Enagotadi waktu itu. Dalam kegiatan ini menghadiri dari setiap organisasi bahkan juga Individu yang bergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa/i Paniai juga delapan Ikatan lokal Kota Studi Jayapura.
Penias Yeimo, selaku Kordinator Hukum dan HAM Asrama Paniai mengatakan “Kami bergerak untuk melakukan kegiatan memperingati Paniai Berdarah untuk mengingat kembali peristiwa 10 tahun yang silam."
Ia menambahka "Karena ini sebagai duka nasional Rakyat Papua, lebih khususnya rakyat Paniai sehingga kami berinisiatif Memperingati Paniai berdarah yang kini 08 Desember 2024."
"Maksud kami memperingati Paniai Berdarah ini untuk upaya bagaimana Negara melalui Komnas HAM RI untuk bentuk Tim Investigasi dan menyelesaikan Paniai Berdarah Ini, karena ini salah satu Pelanggaran HAM berat di Papua, Paniai." Tegas Yeimo
"Supaya masalah ini selesai dan tidak terulang kembali, kedepannya kami bisa hidup baik dan damai juga upaya kami melakukan kegiatan Paniai berdarah ini untuk bagaimana membantu dan mendorong kembali kepada Negara untuk bertanggungjawab." Tutupnya
Kegiatan Memperingati Paniai Berdarah ini di Isi dengan berbagai Agenda Seperti, Puisi, Orasi, Lagu Kebangsaan. Kemudian di lanjutkan dengan Pasan Seribu lilin, Lilin di Nyalahkan Perwakilan masing – masing Pihak Kelima Korban diantara Yulianus Yeimo ( 17, Pelajar SMA). Alpinus Gobai (16, Pelajar SMA). Simon Degei (17, Pelajar SMA). Alpius You (18, Pelajar SMA). Abia Gobai (17, Pelajar SMA). Kemudian di lanjutkan Pemutaran Flim Video Paniai Berdarah.
"08 Desember 2014 lalu telah terjadi Paniai berdarah yang dimana saat itu tewas lima orang pelajar SMA, 6 orang korban kritis, dan 12 orang Korban luka – luka di tembak oleh TNI." Kata Oktovianus Mote Selaku Badan Penggurus Asrama Yameowa Kabupaten Paniai Kota Studi Jayapura
"Sehingga tepat pada hari ini dimana hari, tanggal dan bulan yang sama kami Seluruh Mahasiswa/i Paniai bersama seluruh Mahasiswa/i Papua Kota studi Jayapura Memperingati Tragedi Paniai Berdarah Supaya Negara dalam hal Komnas HAM RI perwakilan Papua segera menyelidiki Kasus dan menyelesaikan." Pungkasnya
Terakhir ada 10 Statement disampaikan Mahasiswa Paniai dan Papua kepada Pemerintah, yaitu :
- Segera tuntaskan pelanggaran HAM besar yang terjadi di Kabupaten paniai 8 desember 2014.
- Hari ini 8 desember 2024 kami mahasiswa/I papua bersama rakyat papua melakukan pemasang 1000 lilin untuk mengingat kan kembali tragedi paniai BERDARAH 8 desember 2014. 10 Tahun yang lalu.
- Segera tuntaskan penembakan Tobias Silak di Yahukimo
- Presiden RI segera hentikan Proyek Strategis Nasional di Merauke yang melanggar Hak Ulayat Masyarakat Adat Papua Khususnya Masyarakat Adat Marind, Moiwen dan Gebze.
- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) segera cabut Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor 835 Tahun 2024 yang diterbitkan secara sewenang wenangan dan melawan hukum karena dilakukan tanpa sepengetahuan Masyarakat Adat Papua
- Panglima TNI segera membubarkan lima Yonif yang akan mendukung kegiatan Bisnis dalam Proyek Strategis Nasional di Papua karena TNI dilarang terlibat dalam Kegiatan Bisnis sesuai Perintah Pasal 39 angka 4, Undang Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
- Ketua Komnas HAM RI Pusat dan Ketua Komnas HAM RI Perwakilan Papua segera bentuk Tim Investigasi Untuk melakukan investigasi atas dugaan pelanggaran HAM yang terjadi di tanah papua
- Segerah bebaskan tahanan-tahanan rakyat Papua yang ada di tahanan tanpa syarat
- Segera tuntaskan penembakan empat siswa 8 December 2014 di Paniai
- Segera hentikan PT, PT yang di buka oleh Kapitalisme seluruh tanah Papua.
Penulis: Yulianus Bunai
