[... Mahasiswa Universitas Nasional Timor Leste (UNTL) menggelar aksi solidaritas dengan membentangkan bendera Timor Leste dan Papua Barat, serta menyerukan dukungan terhadap kemerdekaan Papua Barat]
Dili, Timor Leste, DEIYAI WIYAI NEWS - Mahasiswa Universitas Nasional Timor Leste (UNTL) menyatakan dukungan penuh terhadap perjuangan rakyat Papua Barat untuk mendapatkan kembali hak penentuan nasib sendiri yang dinilai telah dirampas oleh negara Indonesia sejak tahun 1960-an.
Dalam pernyataan resminya, mahasiswa UNTL mengecam keras berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan operasi militer yang terus berlangsung di wilayah Papua Barat hingga saat ini.
Pernyataan solidaritas ini mengingatkan bahwa pada 1 Desember 1961, rakyat Papua Barat telah memproklamirkan kemerdekaannya. Namun, hanya berselang 18 hari kemudian, intervensi negara Indonesia dan Perjanjian New York yang ditandatangani pada 15 Agustus 1962 tanpa keterlibatan rakyat Papua Barat menjadikan wilayah itu bagian dari Indonesia.
Referendum yang disebut sebagai "Penentuan Pendapat Rakyat" (PEPERA) pada 1969 dinilai tidak demokratis karena hanya melibatkan 1.026 dari sekitar 800.000 penduduk Papua saat itu.
Hingga tahun 2025, mahasiswa UNTL menilai bahwa Papua Barat masih mengalami penjajahan dalam bentuk modern, dengan tindakan represif, operasi militer, dan pelanggaran HAM yang terus berlangsung.
Mereka menyatakan bahwa perjuangan rakyat Papua Barat serupa dengan sejarah panjang perjuangan Timor Leste yang juga pernah mengalami pendudukan dan kekerasan sebelum merdeka pada tahun 2002.
Dalam seruannya, mahasiswa UNTL mengajukan tiga poin penting:
1. Mendesak pemerintah Indonesia untuk menghentikan operasi militer dan pelanggaran HAM terhadap rakyat Papua Barat.
2. Mengajak seluruh elemen masyarakat Timor Leste termasuk gereja, masyarakat sipil, dan mahasiswa untuk menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Papua Barat sebagaimana dunia internasional dahulu mendukung kemerdekaan Timor Leste.
3. Meminta negara-negara anggota PBB dan pemerintah Indonesia, khususnya Presiden Prabowo Subianto, untuk memberikan kembali hak referendum kepada rakyat Papua Barat agar mereka dapat menentukan nasibnya secara demokratis.
"Ketika kita diam dan tidak menunjukkan solidaritas terhadap saudara-saudari kita di tanah jajahan termasuk Papua Barat maka kita telah gagal dalam membela kemanusiaan," tegas pernyataan tersebut.
Mahasiswa UNTL menutup seruan mereka dengan pekikan:
"Hidup Solidaritas Internasional! Hidup Rakyat Papua Barat! Papua Barat Merdeka! Perjuangan Belum Selesai!"