Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Pantai MAF Sampah Maaf

Kamis, 26 Juni 2025 | Juni 26, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-27T03:42:51Z


Di ufuk pagi, mentari menari

menyapu pasir emas di Pantai Nabire.

Ombak bersenandung lirih

menyambut jejak-jejak pengunjung yang riuh.


Anak-anak Papua berlari,

tertawa membawa riang dalam pelukan laut.

Di mata mereka, pantai ini suci

tempat doa, tempat cerita, tempat hati bersatu.


Namun tampaklah,

botol plastik mengambang di bibir gelombang,

bekas makan berserakan,

bungkus mimpi yang dibuang tanpa malu.


Keindahan jadi saksi luka,

pantai pun berbisik dalam nestapa:

"Mengapa aku dijadikan tempat buang sisa,

padahal aku pelipur lara kalian semua?"


Seperti kehidupan kami kini,

orang Papua yang berdiri di tanah sendiri

tapi harus menunduk di negeri sendiri,

jadi penonton atas janji-janji yang basi.


Sampah-sampah itu adalah lambang ketidakpedulian yang menjelma kebiasaan,

keindahan yang dikorbankan untuk kenyamanan,

rakyat yang perlahan dilupakan.


Pantai MAF dulu kini sekarang Nabire 

kau indah seperti ibu yang tabah.

Namun tubuhmu tercabik

oleh tamu-tamu yang tak tahu arah.


Kami pun begitu,

indah dalam akar budaya,

tapi terluka oleh sistem yang tak peduli

pada suara jiwa-jiwa kami.


Wahai engkau yang datang dan pergi,

jangan tinggalkan sampah

di pasir Nabire,

dan jangan tinggalkan luka

di hati anak-anak Papua yang tak bersalah.


Karena pantai ini bukan hanya tempat wisata,

ia adalah cermin kami

jiwa kami, rumah kami,

yang ingin tetap bersih…

seperti harapan yang belum mati.



Jhon Minggus Keiya

Pantai Nabire, 27 Juni 2025

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update