Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Jerih Payah Mama Pasar Dibayar Murah

Senin, 14 Juli 2025 | Juli 14, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-14T23:38:48Z
(Foto Pribadi Penulis)


Oleh: Abraham Abugau

Aktivis Mahasiswa


Saya ingin menceritakan sebuah kenyataan pahit yang dihadapi oleh mama-mama pasar di Nabire. Setiap pagi, sebelum matahari terbit, mereka sudah bersiap dengan harapan besar bahwa hasil kerja keras mereka bertani selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, akan terbayar di pasar.


Namun, harapan itu sering hancur ketika mereka harus menghadapi pembeli yang menawar harga seenaknya terkadang hanya Rp30.000 untuk berbagai jenis sayuran bergizi. Padahal, itulah hasil kerja keras mereka menanam, merawat, dan memanen dengan penuh peluh dan pengorbanan.


Saya sendiri menjadi saksi mata. Saat itu saya duduk di pasar, menunggu teman. Seorang pembeli datang dan bertanya pada mama penjual, “Satu ikat sayur berapa, Bu?”


Mama itu menjawab, “Sepuluh ribu.”


Lalu pembeli itu menawar, “Kalau saya ambil empat ikat, tambahkan juga daun pepaya ya, Bu.”


Dengan lembut mama itu menjawab, “Iya Bu, kalau begitu daun pepayanya lima ribu ya.”

Dan pembeli itu menyetujui.


Hanya itu, hasil kerja keras berminggu-minggu dilepas dengan harga murah, seolah tidak ada nilai di balik peluh dan jerih payah mereka.


Selesai...



Poin penting dari cerita ini adalah mama-mama pasar di Nabire menjual hasil tani mereka dengan ikhlas demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Tapi sering kali, uang yang mereka peroleh hanya cukup untuk kebutuhan satu atau dua hari saja jauh dari sebanding dengan waktu dan tenaga yang telah mereka curahkan.


Mama-mama Pasar Papua, khususnya di Nabire, menghadapi tantangan yang sangat berat.

Di satu sisi, mereka harus menerima harga tawar terendah dari pembeli. Di sisi lain, harga sembako dan kebutuhan pokok di pasar justru sangat mahal. Akibatnya, mereka mengalami kerugian besar. Mereka berjuang keras demi menyambung hidup, namun hasilnya selalu timpang.


Kerugian ini tidak hanya berdampak pada keuangan, tapi juga pada kualitas hidup keluarga mereka. Mereka berpikir kreatif untuk mencari cara menambah penghasilan dan mengurangi pengeluaran, tapi tetap saja hidup seimbang itu terasa makin jauh.


Lalu, siapa yang akan datang menolong Mama-Mama Pasar Nabire?


Siapa yang peduli pada mereka dan masyarakat Papua pada umumnya yang hidup dalam kemiskinan ekstrem karena sistem ekonomi yang tidak adil?


Di mana Visi dan Misi Pemerintah yang katanya hadir untuk membangun kesejahteraan rakyat?


Apakah penguasa hanya sibuk membagi-bagi kepentingan dan kekuasaan, sementara rakyat menderita dan mati pelan-pelan akibat sistem ekonomi yang tidak berpihak kepada mereka?


Entahlah. Tapi satu hal pasti "Generasi muda Papua jangan diam!".


Mari bersuara, mari bergerak, mari berpihak pada Mama-Mama Pasar dan seluruh rakyat kecil yang terus tertindas oleh sistem yang tidak adil.



Sekian...

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update